]]>

Friday, January 13, 2006 

Aku Mencintaimu Karena Kamu Payung!

Sore itu saya tengah berada di dalam sebuah bis dalam perjalanan menuju Jakarta. AC bis tersebut terasa membekukan badan, seakan bersekutu dengan hujan deras yang telah beberapa hari ini mengguyur kota Bandung. Bis yang saya tumpangi berhasil meloloskan diri dari kemacetan di sepanjang jalan Soekarno-Hatta, namun antrian panjang kembali menyergap di pintu masuk tol Pasir Koja. Saya lalu mengalihkan pandangan saya keluar untuk mencari sandaran bagi mata. Mata saya terpaku pada sebuah truk berwarna merah yang sibuk berdesakan untuk masuk ke jalan tol. Dari dalam bak truk tersebut menyembul balok-balok kayu yang mengintip dengan malu-malu dari balik terpal plastik oranye yang terguyur hujan. Di balik stir, sang supir dengan sehelai handuk putih kecil dekil dengan tulisan sambung berwarna merah bertuliskan Good Morning tersampir di pundaknya, berusaha mengontrol truk untuk berebut jalan dengan pengemudi kendaraan lainnya. Disamping supir duduk sang kernet dengan wajah yang tersembunyi di balik kepulan asap rokok. Sesekali ia menenggak air mineral yang telah dicampur satu sachet serbuk minuman berenergi berwarna kuning. Truk itu berhasil menyeruduk masuk ke depan bis yang saya tumpangi. Perhatian saya beralih pada bagian belakang bak truk tersebut. Disitu terpampang lukisan air brush seorang wanita berpakaian kebaya dengan belahan dada rendah terlentang dengan pose sensual a la Cleopatra. Yang membuat saya tergelitik adalah tulisan dengan bahasa inggris yang tertera pada pada lukisan tersebut: “GO YOUNG DOOM BREATH”. Sepintas tulisan tersebut tidak memiliki makna. Namun setelah saya sadari ternyata maksud dari tulisan tersebut adalah sebuah judul lagu dangdut, “GOYANG DOMBRET”, hahaha!

Di sepanjang perjalanan melewati ruas jalan tol Cipularang saya banyak menemukan truk-truk dengan berbagai tulisan dan lukisan yang unik dan terkadang mengundang senyum. Seperti lukisan pada truk bergambar pemandangan alam bertuliskan “SANTI TUNGGU AKU” atau tulisan “ISTRI SHOLEHAH” dengan lukisan seorang wanita yang sama sekali tidak menggambarkan istri yang sholehah.

Jika kita amati, lukisan-lukisan dan tulisan-tulisan pada truk tersebut mengandung banyak makna, baik secara denotatif atau tersirat maupun secara konotatif atau tersurat. Namun bisa dikatakan bahwa lukisan-lukisan tersebut melambangkan ekspresi yang timbul secara spontan dari para supir truk. Seperti lukisan bagian bak belakang sebuah truk dengan gambar seorang wanita yang mengenakan mukena dalam posisi tangan yang menengadah berdoa. Gambar tersebut merupakan ekspresi cinta seorang suami pada sang istri. Tulisan “DEMI NYAI” seakan ingin memperkuat ekspresi akan keinginan yang kuat untuk membahagiakan istri dan keluarga agar bisa mendapatkan penghidupan yang lebih baik.

Selain media berekspresi, gambar dan tulisan pada truk juga merupakan perwujudan dari obsesi atau khayalan si supir truk. Mereka menempatkan khayalan mereka akan seksualitas dan profil wanita yang mereka idamkan ke dalam lukisan wanita dengan pose-pose sensual.

Jack, misalnya. Pada bak belakang truknya, bujangan bernama asli Zakaria ini melukis kaligrafi tulisan “BOJO LORO” dengan jenis font tertentu dan variasi warna yang yang mencolok, dengan latar belakang lukisan dua orang wanita seksi sedang menatap satu sama lain. Tulisan yang dalam bahasa jawa yang berarti ‘dua istri’ ini menggambarkan obsesi Jack untuk melakukan poligami.

Yah, maklum lah, mas. Supir truk itu sudah kayak pelaut. Pacarnya banyak, haha! Wong kalo pergi bisa sampe berminggu-minggu. Yah, mau gimana lagi,” ujarnya dalam dialek jawa yang kental. “Istri ndak punya, pacar jauh, ya sudah. Kalo mampir kemana, ya cari pacarnya di situ.”

Dengan spontan seorang supir lain yang bernama Sani menyambar dengan canda kotornya, “Bukan cuma mobil yang harus di ganti olinya, mas. Orang juga perlu ganti oli, haha!”

Dari cerita Jack dan Sani dapat ditangkap perilaku seks bebas yang kerap terjadi di kalangan supir truk. Keinginan seksual yang begitu besar membuat mereka kerap melakukan rendezvous dengan para Pekerja Seks Komersial (PSK) yang mereka jumpai di warung remang-remang di sepanjang jalur lintasan yang mereka lalui, seperti di sepanjang jalur Pantura, atau di sepanjang hutan jati di Purwakarta . Sebuah spasi sempit yang terdapat di belakang kursi jok supir kerap dijadikan tempat untuk melepaskan hasrat biologis mereka dalam melakukan hubungan seks secara kilat dan instan. Perilaku ini mereka ekspresikan juga dalam bentuk lukisan dan tulisan pada truk. Misalnya lukisan seorang seorang wanita berpose sensual dengan tulisan yang mengingatkan kita pada judul sebuah film panas di awal tahun 90-an, “GAIRAH MALAM”. Gambar ini mereka buat untuk menunjukkan hasrat seksualitas supir truk yang liar. Sepertinya cinta dan seks adalah dua hal yang sangat dominan menguasai obsesi para supir truk.

Pada jaman dahulu lukisan atau tulisan pada truk berfungsi sebagai identitas dari si supir truk sendiri. Pada jaman dahulu konon perjalanan yang ditempuh oleh para supir truk terkadang harus melewati jalur yang berbahaya. Selain medan jalan yang berat, mereka juga harus menghadapi bahaya lain yaitu ancaman bajing loncat atau alap-alap, nama lain dari perompak yang sering menjarah barang muatan mereka. Untuk menghadapi para para perompak ini, para supir truk mensiasati dengan berangkat secara berkonvoi. Tak jarang mereka saling menunggu di tempat yang di anggap aman. Maksud dari lukisan dan tulisan pada truk ini adalah agar para supir truk dapat mengetahui truk mana saja yang sudah lewat dan sudah tiba di tujuan dengan selamat.

Agar dapat terhindar dari penjarahan, para supir truk juga terpaksa harus memberikan sejumlah upeti kepada para perompak agar mereka dapat lolos dari penjarahan. Lukisan dan tulisan ini akhirnya berfungsi sebagai penanda bagi para perompak, truk mana saja yang telah memberikan upeti bagi mereka sehingga truk tersebut tidak akan mereka jarah.

Seringkali juga kita jumpai lukisan dan tulisan truk yang menampilkan identitas daerah serta asal suku dari sang supir truk. Misalnya Lukisan pemandangan sebuah danau dengan tulisan “TAPIAN NAULI” pada sebuah truk berplat nomor BK. Lukisan tersebut memiliki dua makna. Makna pertama adalah untuk menampilkan identitas kedaerahan sang supir yang berasal dari suku batak. Makna Kedua adalah lukisan tersebut menggambarkan kerinduan akan kampung halamannya yang terletak di pinggiran Danau Toba. Atau Tulisan “ 4 INK 3 RUT” pada bemper sebuah truk. Arti dari tulisan itu sendiri adalah “aing ti Garut” yang menjelaskan asal daerah si supir truk, yaitu daerah Garut.

Permainan kata-kata juga sering dijumpai, yaitu dengan membubuhkan tulisan-tulisan ke dalam bentuk parodi. Misalnya “PENGEN CIUM INSIDE”, yang merupakan parodi dari tagline merek sebuah prosesor komputer. Atau “BUKAN BANGSA BANCI” yang merupakan parodi tagline iklan sebuah produk rokok.

Mereka juga tak mau terkesan ketinggalan jaman dalam mengikuti arus globalisasi, seperti mencantumkan alamat website yang tak pernah mereka miliki, seperti “WWW.BEUNGEUT.COM” atau “WWW.YAHOOD.COM”.

“Teuing Naon. Biar gaya ajah ini mah,” ujar seorang supir truk ketika saya tanyakan maksud dari tulisan tersebut yang terpampang besar pada kaca depan truknya.

Dengan mencantumkan ”WWW”, yang merupakan akronim dari World Wide Web, para supir truk ingin memberi kesan modern dan bahwa mereka juga mengikuti perkembangan dunia internet, meski hal tersebut adalah hal yang asing buat mereka.

Hal lainnya yang cukup mengundang senyum adalah dengan tulisan-tulisan dalam bahasa inggris. Dalam bahasa aslinya tulisan-tulisan tersebut sama sekali tidak memiliki makna, bahkan terkesan konyol. Seperti tulisan “PRA ONE A YOU” (Perawan ayu), atau “NO MONEY NO DONK” (tak punya uang, nodong). Namun dengan kreatifitas tersendiri, jika diucapkan secara verbal, tulisan tersebut justru mengkomunikasikan suatu pesan dengan gaya yang jenaka, unik dan menarik.

Kembali pada pada perjalanan saya di bis menuju Jakarta. AC tetap membekukan badan walaupun hujan telah mereda. Saya sedikit sebal dan iri dengan penumpang disebelah saya yang tertidur dengan pulas dan tanpa permisi “menitipkan” kepalanya di bahu saya, seakan bahu saya ini bantal. Bagaimana ia bisa tidur dengan nyenyak di cuaca yang dingin seperti ini? Haah, tidur adalah sebuah kemewahan tersendiri. Mendekati pintu keluar Bekasi Barat sebuah truk tampak mengurangi kecepatannya dan bersiap mengambil lajur sebelah kiri. Mata saya tertuju pada bak belakang truk tersebut. Disitu tergambar lukisan seorang lelaki berkumis tebal dan seorang wanita dengan bunga melati tersemat di telinganya disertai balon kata tertera dari masing-masing karakter seolah kedua karakter tersebut sedang mengadakan percakapan. Pada balon kata si perempuan tertulis, “I LOVE YOU BECOSE YOU ARE AMBRELLA”, sedangkan pada balon kata si pria tertulis kata, “SORRY, HAVE NO TAME FOR LOVE”. Mungkin maksudnya kurang lebih: "aku mencintaimu, karena itu aku rela" dan "Maaf, tidak ada waktu untuk cinta", haha! Setidaknya lukisan truk tersebut bisa membuat saya sedikit terhibur dan tersenyum selama melanjutkan sisa perjalanan saya menuju Kota Jakarta.


Bajangkirek adalah:



    Seorang wanita lesbian yang terjebak didalam tubuh seorang pria tampan. Saat ini sedang berusaha untuk tidak memusuhi senja. Percaya bahwa dirinya berasal dari sejenis serangga. Menulis baginya merupakan penyaluran libido.

    Contact:
    allan@hafied.org
  • Bajangkirek.multiply.com

Lindap Orthophera

Yang Lalu....

Link